Goes to Pahawang (1) : Tertidur lelap di Kereta Malam

DSC_0992
Selamat datang di stasiun Kertapati Palembang

Rencana untuk liburan bersama-sama rekan kerja sudah lama bertengger di benak kami. Sebagai orang yang seneng jalan, sudah pasti aku duluan yang mengiyakan rencana ini. Aktivitas berulang dan penatnya bekerja membuat tubuh ini butuh relaksasi dan rekreasi. Dengan uang ‘jalan-jalan’ dari tempat kerja ditambah budget sendiri-sendiri, kami memutuskan untuk liburan di Kepulauan Pahawang, Lampung. Secuil surga tersembunyi di selatan Pulau Sumatera.

Rabu, 27 Januari 2016

Notifikasi pesan Line di HP-ku berbunyi. Kubuka pesan Line, ternyata ada ajakan kak Agung untuk nebeng mobilnya sampai stasiun Kertapati Palembang. Aku yang baru selesai sholat maghrib, bergegas pakai baju dan ngambil tas ransel & tas saku menyelempang hasil packing tadi sore. Aku diantar adekku ke rumah kak Agung. Dengan  mobilnya kami segera berangkat menuju stasiun, sebelumnya mampir dulu ke rumah Ican untuk menjemputnya.  Dari Plaju menuju stasiun memakan waktu 35 menit. Kulihat tetesan air hujan mulai menempel di kaca mobil, tanda gerimis datang. Sepanjang perjalanan, kulihat langit hitam berkhiaskan ‘lampu alam’ mati-hidup, gelap-terang, dan kilat menyambar dari kejahuan. Semoga bukan cuaca buruk. Aamiin.

DSC_0999
Ruang tunggu penumpang terlihat lebih modern

Pukul 19.48 WIB tibalah kami di stasiun Kertapati. Tulisan besar bercahaya warna orange ‘STASI KERTAPATI’ terpampang nyata di atas stasiun. Sayang sekali, ada dua huruf yang redup yakni UN. Hmm, semoga segera diperbaiki. Aku, Ican, dan kak Agung segera masuk stasiun untuk sholat Isya. Petugas pintu masuk meminta KTP kami sebagai jaminan untuk masuk stasiun karena tiket kami masih di temen. Ketika memasuki pintu masuk, aku berdecak kagum karena stasiun ini udah berubah total. Modern, keren, rapi dan bersih. Ruang tunggunya nyaman, toiletnya bagus kayak toilet bandara dan yang pasti ada musholahnya. Usai sholat, kami keluar stasiun untuk menunggu yang lain. KTP yang ditahan petugas pintu masuk pun dikembalikan lagi ke kami.

DSC_0997.JPG
Pengantar dilarang masuk yah!

Pukul 20.30 WIB, semua personil yang berjumlah 14 orang telah datang. Bergegas kami masuk stasiun. Satu persatu tiket dan KTP kami diperiksa pertugas  kereta. Kemudian kami jalan melewati ruang tunggu menuju gerbong kereta. Terlihat gerbong kereta Kertalaya (Kertapati-Inderalaya) warna biru muda, terdiam sendirian di rel paling kiri. Ya Allah, terlalu banyak kenangan manis nan indah di kereta jenis railbus ini. Kenangan itu terus terukir sepanjang aku PP kuliah di Unsri Layo tempo dulu. Ah sudahlah, lupakan.

DSC_1001.JPG
Mencari kereta yang menuju stasiun Tanjung Karang
DSC_1002.JPG
Ini masih di Palembang loh dengan kertalaya-nya, bukan di korea atau Jepang dengan kereta cepatnya

Memasuki gerbong kereta malam, kami disambut senyum ramah nan bersahaja mbak Pramugari kereta. Entah apa sebutan aslinya. Tepat pukul 21.00 WIB, berangkatlah kereta malam Limex Sriwijaya dari stasiun Kertapati, Palembang menuju stasiun Tanjung Karang, Lampung.

DSC_1006.JPG
Rangkaian gerbong kereta Limex Sriwijaya. Mbak pramugari plis jangan tinggalin aku!

Kami memilih gerbong kelas eksekutif dengan harga tiket 180 ribu IDR. Gerbongnya aman, nyaman, ber-AC dan kursinya panjang dapat membuat kaki selonjoran. Kursinya juga dapat diputar 180 derajat, beruntung bagi mereka yang kursi di depan atau belakangnya kosong alias tidak ada penumpang. Toiletnya bersih dan nyamanlah untuk sekedar buang air kecil, meskipun gunjangan kereta terkadang datang menghadang, menghancur luluhkan hati yang rapuh ini. Apa coba.

DSC_1010
Inilah interior gerbong kereta Limex Sriwijaya kelas eksekutif. Cie, mbaknya balik lagi ke aku

 

DSC_1007.JPG
Mirip kabin di pesawat yah
DSC_1013.JPG
Gak perlu khawatir jikalau baterai HP low, tuh ada colokan listrik
DSC_1023.JPG
Petugas kereta sedang memeriksa tiket kami. Yang pakai topi baret orange itu adalah Polsuska.

Kami berada di peron 3 kelas eksekutif, terdapat 25 kursi penumpang di kanan dan 25 kursi penumpang di kiri. Di atas kursi penumpang terdapat kabin untuk menaruh tas atau barang bawaan. Di depan dan belakang peron bertengger LCD TV yang gak menyala. Di awal perjalanan, terlihat petugas kereta memeriksa tiket kami. Sejurus kemudian, datanglah pramugari dan pramugara memberi kami selimut warna hijau muda. Senyum ramahnya selalu membuat hati kami tentram. Mereka juga menawarkan makanan atau minuman yang hendak dipesan penumpang. Harganya cukup murah. Nasi goreng ayam ditambah telur mata sapi harganya 25 ribu IDR, kalo nasi goreng telur mata sapi doang harganya 20 ribu IDR.  Yang mesen cuma Hendi dan kak Arman, yang lainnya sibuk nyemilin makanan ringan yang dibawa dari rumah.

DSC_1033.JPG
Kayaknya enak banget yah, yummmi!

Aku penasaran  dengan gerbong  makan. Kebetulan Heru Widodo minta ditemenin untuk beli makanan di gerbong makan. Untuk menuju gerbong makan, kami melewati peron 2 dan peron 1. Bentuk peronnya mirip dengan peron kami. Di gerbong makan terlihat kantin kecil  tempat penumpang memesan makanan. Ada juga kursi dan meja makan minimalis yang diatur sedemkian rupa agar muat di gerbong. Terdapat televisi di pojok gerbong. Di gerbong makan aku melihat petugas kereta, mulai dari petugas yang memeriksa tiket, Polsuska alias Polisi Khusus Kereta, pramugara dan pramugari, serta petugas kebersihan kereta. Tampaknya mereka sedang istirahat. Usai memesan makanan, kami kembali ke peron 3.

DSC_1037.JPG
Inilah interior gerbong tempat makan

Bagai menyewa gerbong pribadi, kami semua gak malu untuk foto-foto selfie, makan, minum, ngobrol dan bersedau gurau khas orang Palembang alias bekelakar hingga larut malam. Dingin mulai terasa. Kutengok jendela kaca kereta, hujan gerimis mulai menghujam di antara gelapnya malam. Kulihat beberapa dari temenku telah berkelana di alam mimpinya. Tak kala saing, kuatur posisi tidur, kutarik selimut dengan manja. Kira-kira pukul 23.45 WIB aku pun mulai terlelap.  Selamat malam dunia.

selfie di kereta
Hayo tebak aku yang mana?

Pagi harinya kami bangun dengan semangat baru. Kutengok jam di HP.  Ya Allah udah pukul 06.15 WIB, aku lupa solat Subuh. Semoga tuhan mengampuni. Kereta berhenti di stasiun  Bekri. Aku bergagas ke toilet untuk sekedar cuci muka. Kereta kembali jalan. Kereta kembali berhenti lagi. Mungkin di persimpangan rel. Terlihat kereta Babaranjang, rangkaian kereta api terpanjang di Indonesia melintasi persimpangan. Babaranjang sendiri merupakan singkatan dari batu bara rangkaian panjang. Butuh watu 10-15 menit untuk melintas. Tapi anehnya, aku malah menikmati pemandangan langkah ini. Apa coba.

sekedang.jpg
Ini masih di Lampung loh, bukan di Jawa atau Bali

Jendela kaca kereta yang semula hitam karena gelapnya malam, kini digantikan dengan hijaunya bukit dan persawahan. Sungguh indah pemadangan kali ini. Persawahan dengan metode sengkedan atau terasiring terlihat sepanjang mata memandang. Aku kira sengkedan hanya ada di pulau Jawa dan Bali. Ternyata di pulau Sumatera juga ada. Mulut ini pun gak henti-hentinya bertasbih, mentafakuri keindahan ciptaan Ilahi. Tepat pukul 07.30 WIB, kereta kami tiba di stasiun Tanjung Karang, Lampung. Alhamdulillah.

DSC_1046
Kereta tiba di stasiun Tanjung Karang. Perjalanan memakan waktu 10 jam 30 menit

 

DSC_1051.JPG
Selamat datang di stasiun Tanjung Karang, Lampung

 

*bersambung*

67 pemikiran pada “Goes to Pahawang (1) : Tertidur lelap di Kereta Malam

  1. Wah, stasiun dan keretanya memang bersih banget! Salut dengan PT KAI yang banyak banget peningkatannya, mudah-mudahan di masa depan makin jos dan lebih menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
    Dan harga tiketnya pun murah–kalau di Jawa untuk kereta ekonomi AC (non-PSO) yang hanya 8–9 jam, rute Jakarta–Yogya saja harganya bisa paling rendah Rp200k dan yang eksekutif bisa jauh lebih mahal lagi. Apa ya penyebabnya… faktor permintaan kali ya.

    Suka

    1. Aku juga shock bgt bro dg perubahan stasiun Kertapati. Excited bgt lah.Terakhir naik kereta th 2011.

      Gak juga tuh kalo soal faktor permintaan. Kalo weekend malah lebih byk penumpangnya.

      Eh iya, harga kelas ekonominya malah lebih murah loh sekitar 30-35 ribu IDR. Ada AC jg kalo gak salah. Tapi keretanya hanya berangkat siang hari.

      Disukai oleh 1 orang

  2. Karena baru pulang dari sana 😀 . Dan dia excited banget cerita ttg perjalanannya. Tapi kalau dipikir gimana ga excited kalau liat stasiun kereta apinya aja begitu. Salut untuk KAI ! 😀

    Suka

  3. Good reading Heru! Same experience with me in May 2015 Kertapati-Tanjungkarang back-to-back in the same day when we 1st met! Really impressed with KAI services, the calming view of Sumatera’s back yard, their friendly people and not to forget Palembang Icon Mall!!. You should try to take bath in the toilet Ru (Believe me, I did & I survived!!) Please continue with the second part and let the world know why there are people who really appreciate travelling by train rather than taking view-less-flight ..

    I’ll be taking train from Gambir-Kota (Jogja)-Gubeng (SBY)/Pasar Turi (SBY)-Gambir from 24 to 28 Feb 2016 again but I’m not a talented writer like you so I’ve to keep it to my self (too bad). Till then my friend!

    Salam dari Kuala Lumpur.

    Disukai oleh 1 orang

    1. Oh My God, are you serious bang? To take bath in the toilet? Toilet Train kah?

      I dont forget it bang, Palembang Icon Mall. Hahahaha. Success for your Java’s Rail-Trip bang Awi! Salam dari bumi Sriwijaya 😀

      Suka

  4. baru kemaren ngerasoi naik kereta dari linggau-kertapati, alhamdulillah on time, cumo agak telat dikit 20 menit, aturan nyampe 16.40 nyampe kertapati 17.00 🙂
    pramugari kereta cantik2 wak ye hahaha 😀
    dak befoto2 ??

    Suka

  5. Pas aku ke lampung dak kpkiran nak ke pahawang ru. Pdhl bngung smnggu di lmpung nak kmno b 😥
    Baru ngehits plok, pngen balek lgi rasonyo ..

    Suka

  6. Herruuuu…. is kan udh piknik aj ke lampung. Eh tu stasiun palembang kok kece badai. Waktu aku k sna dri luar keliatan jorok ya. tau gitu aku skalian cus k lampung(abis tu gak pulang2haha). Btw WA aku udh ganti. Aku kehilangan nmr mu 😦

    Suka

    1. Alhamdulillah sarah, aku udah piknik ke Lampung. Aku juga shock bgt dg perubahan stasiun Kertapati. Udah kyk bandara. Kalo ke Palembang lg, sekalian ke Pahawang lah rah. Ini no WA ku rah +628974141578, di save yak *cheers*

      Suka

  7. By the way…saya baru dengar nih ada kereta api di Pulau Sumatera, ketinggalan info juga saya yah. Jadi klo mau ke Palembang udah gampang nih ye, naik kereta aja..nyari mpempek. hehee.
    Salam dari Dompu

    Suka

  8. Wah ternyata stasiun kereta dan kereta di Sumatra asik juga, bersih dan rapi seperti di Jawa. Aku ada rencana mau susur Sumatra, dan salah satu bagian itinerary nya adalah berkereta dari Lampung menuju Palembang. Makasih ya sudah posting artikel ini. Jadi makin semangat untuk mewujudkan impian perjalanan itu.

    Ayo lebih rajin postingnya Her 🙂

    Suka

  9. Salam kenal semuanya, salam wong Kito galo
    Aku baru kemaren sekitaran 2 mingguan yg lalu ke Pahawang, Stasiun kertapati emang mantap dah… Pergi naek Ekonomi, sengaja, hemat biaya buat ke Pahawang, emang keren dan mantap dah surga selatannya Sumatera… Dan pulangnya baru naik kelas bisnis, edisi dana udah sekarat hehe pengennya naik eksekutif, spotnya emang banyak di Pahawang, gak nyesel & gak rugilah emang mantap apalagi perjalanannya di suguhi banyak pemandangan

    Suka

  10. kalau dilihat sepintas, kereta sama mbak-mbak pramugari *eh* pramugari kereta maksudnya mirip di china atau korea gitu ya, keretanya udah mirip kereta peluru khas asia timur gitu

    Suka

Tinggalkan komentar