
Jumat, 29 Januari 2016.
Azan subuh berkumandang, membangunkan kami yang sedang tertidur pulas. Kami menuju mushola untuk menunaikan sholat berjamaah. Fajar menyingsing, mentari pagi di ufuk timur terlihat malu-malu menampakan sinarnya. Dari kejauhan terlihat awan mendung yang seakan-akan ingin memuntahkan air yang dikandungnya. Meskipun di sebelah timur akan hujan, hal ini gak mematahkan semangat kami untuk snorkeling di spot berikutnya yakni perairan Pulau Tanjung Putus.

Usai sarapan pagi, petualang hari kedua dimulai. Perjalanan dari dermaga menuju Tanjung Putus memakan waktu kurang lebih 1 jam. Sepanjang perjalanan kami bekelakar betok khas Palembang dan saling bully satu sama lain untuk mencairkan suasana agar perjalanan kali ini tak membosankan.

Gak terasa kami tiba di Tanjung Putus. Sungguh indah terumbu karang di sini. Perairannya tidak terlalu dalam. Ikan-ikan dengan corak yang indah nan cantik berenang ke segala arah. Cukup beri mereka potongan roti, seketika segerombolan ikan berkumpul mendekati kami.


Di sela-sela snorkeling tiba-tiba Ican teriak kalau kaki dan pahanya disengat oleh sesuatu entah itu apa. Dianjurkan kalau snorkeling di spot ini harus memakan celana panjang.

Setelah itu, kami melanjutkan snorkeling di spot berikutnya yakni perairan Pulau Balak. Di perairan ini kami menuntun Heru Widodo (si junior di tempat kerja) untuk belajar berenang. Gak sampai beberapa menit, akhirnya dia dapat berenang tanpa menggunakan pelampung, tapi masih dalam pengawasan kami tentunya. Disela-sela terumbu karang, terdapat banyak bulu babi, karena itu kami harus ekstra hati-hati selama snorkeling. Tak lupa juga sepatu katak selalu kami pakai, antisipasi agar gak terinjak bulu babi.

Di sini juga terdapat ikan Badut alias Nemo dengan Anemon lautnya. Tak ayal, kami semua berloba-lomba untuk mendapatkan foto selfie dengan ikan ini. Ada yang berhasil, ada juga yang gak. Pukul 10.15 WIB, terik matahari seakan membakar kulit. Berhubung jarak tempuh yang cukup jauh, kami memutuskan untuk menyudahi snorkeling di perairan Pulau Balak.

Setibanya di dermaga, kami kedatangan cewek cantik nan seksi dari Ibukota. Sungguh hiburan yang sangat pas dan mantap. Aseeek. Hahahaha. Sayangnya gak ada foto sama mereka 😦
Usai makan siang, kami bergegas sholat jumat di masjid yang jaraknya setengah jam dari villa. Sepanjang perjalanan, aku melihat atap rumah penduduk berhiaskan solar cell. Denger-denger sih mereka dapet ntuh, bantuan dari Kementrian Kelautan. Sore harinya, sekitar pukul 15.00 WIB, kami melanjutkan snorkeling di spot terakhir yakni perairan dekat pantai Pasir Timbul. Di sinilah kesempatan terakhir kami untuk hunting foto di bawah laut bersama terumbu karang , ikan-ikan laut dan juga bintang laut berwarna biru yang ditangkap oleh Kiki.

Kami juga sangat berterimakasih dengan Kiki karena dia selalu stand by untuk motoin kami satu persatu. Setelah puas snorkeling, kegiatan selanjutnya adalah foto bersama di pantai Pasir Timbul. Semua tampak puas, terlihat dari raut muka bahagia yang terpancar dari kami semua.

Pukul 17.30 WIB kami kembali ke villa. Petualangan terakhir adalah menjelajahi pulau Pahawang Besar dengan naik sepeda. Sebenarnya kegiatan ini gak masuk agenda, tapi kami sangat penasaran untuk menaklukan pulau ini. Awalnya, semangat kami sangat menggebu-gebu, apalagi rutenya melewati penginapan cewek-cewek seksi itu. Treknya cukup memacu adrenalin degan jalan berbukit hingga kami memasuki kawasan hutan. Ketakutan mulai dirasakan ketika segerombalan monyet medekati kami. Dengan gegabah kami mengayuh sepeda lebih cepat hingga salah satu sepeda kami rusak yakni perdalnya lepas. Di sinilah rasa kebersamaan kami diuji. Kami saling tolong menolong untuk memperbaiki sepeda yang rusak itu, tapi hasilnya nol. Terpaksa kami bergantian menarik sepeda tersebut.


Gelap membungkus pulau. Keringat bercucuran membasahi seluruh tubuh. Entah sudah pukul berapa ini, yang jelas kami terus mengikuti jalanan spon block. Ya Allah, kami tersesat di tengah hutan. Sebagai ada yang down, sebagian lagi ada yang terus menerus menyemangati kami. Tibalah kami di simpang empat. Kami bingung memilih jalan yang mana. Kami memutuskan mutar balik dan akhirnya menemukan rumah penduduk di tengah hutan. Untungnya mereka sangat baik dan mengantarkan kami sampai villa. Sungguh petualangan yang sangat menegangkan sekaligus menyenangkan. Malamnya kami barbeque-an sambil cerita panjang lebar tentang keseruan petualangan hari ini.
Sabtu, 30 Januari 2016
Pukul 06.00 WIB kami check out penginapan. Semburat cahaya jingga berpadu dengan birunya air laut mengantarkan kepulangan kami. Selamat tinggal Kepulauan Pahawang. Terlalu banyak kenangan indah selama liburan kali ini. Singkat cerita, sampailah kami di kota Bandar Lampung. Kami mampir ke oleh-oleh Yen-Yen dan Bakso Sony. Setelah itu kami menuju bandara Raden Intan Bandar Lampung. Tiket pesawat Bandar Lampung-Palembang 275.000 IDR.

Pukul 12.55 WIB kami tiba di Palembang dengan sejuta pengalaman yang gak terlupakan. Terima kasih semuanya. Bang Bahri, Kiki, Hengku, semua penduduk pulau Pahawang Besar, dan seluruh rekan kerja yang ikut Liburan. Pak Uripno, Kak Irham, Kak Firman, Kak Afrizal, Kak Agung, Kak Arman, Iqbal, Basman, Hendi, Ican, Haikal, Heru Widodo dan saya sendiri tentunya. Sampai jumpa di liburan bareng berikutnya! Semoga.
*Selesai*