Assalamualaikum Wr. Wb.
Halo pengikut #JalanHeru! Sudah lama nih gak cerita perjalananku di blog. Baiklah, aku akan cerita perihal backpackeran #JalanHeru selama 7 hari di 4 negara Asia Tenggara. Mau tahu apa saja keseruan, detail rincian biaya dan kisah selama trip kali ini? Simak terus di blog Jalan Heru, Jalan Hemat dan Seru!
Selasa, 8 Oktober 2019
Setelah zuhur, aku mencium telapak tangan ibu guna pamitan sebelum berpergian. Dari rumah yang terletak di Plaju ujung, aku naik Grab Bike menuju Stasiun LRT Polresta dengan tarif sebesar IDR 25k. Dari Stasiun LRT Polresta ke Stasiun Bandara SMB 2 Palembang, biaya naik LRT hanya IDR 10k. Bayarnya bisa cash dengan beli tiket di loket, bisa juga pakai e-money card. Gak sampai 30 menit, tibalah kereta LRT di bandara. Oh iya, kalau mau dari atau ke Bandara SMB 2 Palembang aku sarankan naik LRT saja, jalannya cepat, bebas hambatan, gak kena macet, tepat waku dan irit tentunya. Sampai di airport, aku langsung ketemu dengan Tri Gustrian Pratama, rekan kerja sekaligus travelmate #JalanHeru untuk AseanTrip kali ini.
Setelah melewati imigrasi Palembang, raut wajah Tri sedikit cemas karena petugas imigrasi bilang kalau foto di paspor Tri terlihat kabur, padahal aslinya waktu pertama kali dapat emang bentuknya seperti itu, bela Tri. Sebagai teman yang baik, aku menenangkan Tri agar jangan cemas dan segera mengajaknya sholat ashar berjamaah di ruang tunggu bandara. Oh iya, untuk paket internet selama 7 hari 2,5 GB di 4 negara Asia Tenggara kami mengaktifkan Promo Internet Asia Australia di aplikasi Telkomsel, tarif yang dikenakan sebesar IDR 250k.
Pukul 15:55 pesawat Air Asia yang kami tumpangi terbang meninggalkan Bumi Sriwijaya menuju KLIA 2 Airport, Malaysia dan mendarat pukul 18:45 waktu setempat. Oh iya, tiket PP Palembang-KL sebesar IDR 730k, gak terlalu wah sih tiket promonya, tapi lumayan hematlah.
Setelah tiba, kami menuju imigrasi Malaysia dan kecemasan yang Tri khawatirkan tidak terjadi, terbukti dia lewat-lewat saja tanpa kendala apapun. Lalu kami menuju mushola untuk sholat, lepas tuh ke ATM untuk ambil uang dengan kartu ATM jenius. Kenapa pakai kartu ATM jenius Bank BTPN? Karena banyak manfaat yang didapat, sekali transaksi kena biaya IDR 25k dan rate mata uang asing yang berlaku adalah di saat itu juga, sesuai internet. Alhamdulillah, waktu itu satu ringgit sama dengan Rp 3.387, cukup baguslah. Untuk keperluan di Thailand, kami menukar ringgit dengan bath dan untuk keperluan di Cambodia & Vietnam dengan uang USD. Cari saja Money Changer RHB Bank Berhad Bureau de Change Gateway@klia2, rate di sini paling bagus dibanding lainnya.
Nah, kalau di KLIA2 Mall jangan lupa makan di Quizinn by rasa. Aku makan Nasi Ayam Goreng (RM 10) dan air mineral (RM 1.8). Habis makan dan istirahat, kami sempat foto-foto dulu di beranda kedatangan KLIA2 dengan latar pesawat terbang lagi parkir.
Rabu, 9 Oktober 2019
Pukul 00.30 kami segera cek in flight KL-Bangkok. Lalu menuju imigrasi dan kecemasan yang Tri khawatirkan tidak terjadi, terbukti dia lewat-lewat saja tanpa kendala apapun. Karena terbangnya pagi, kami segera mencari lantai yang beralaskan karpet ambal untuk tidur dan pilihan jatuh di pinggir jalan di depan pintu Gate P & Q, padahal penerbangan kami ke Bangkok di Gate L.
Aku tidur duluan berselimutkan sarung untuk sholat sedangkan Tri tidur jam 2 lebih karena dia nge-cas HP dulu. Kami bangun pukul 4.30 dan segera ke Gate L dan sholat subuh di sana. Pukul 07:25 pesawat Air Asia yang kami tumpangi terbang meninggalkan KLIA2 ke Don Mueang Airport, Bangkok, Thailand dan mendarat pukul 08:45 waktu setempat. Oh iya, tiket KL-Bangkok sebesar IDR 427.500, gak terlalu wah sih tiket promonya, tapi lumayan hematlah.
Tiba di airport kami menyempatkan foto ditulisan Welcome To Thailand, isi border card, lalu ke imigrasi. Usai keluar imigrasi, aku buru-buru ke toilet karena sakit perut dan parahnya, toilet di bandara ini ceboknya gak pakai semprotan air melainkan pakai tisue. Waduh-waduh, ampun aku! Setelah bersih-bersih muka, sikat gigi dan istirahat sebentar kami menuju pintu keluar No. 6 yang bawahnya bertuliskan Bus.
Nah, untuk ke pusat kota kami naik bus A1 dari Bandara Don Mueang ke Chatuchak, tarif yang dikenakan sebesar 30 bath, lebih murah dibanding naik taxi, dll. Busnya bagus, nyaman, mirip Bus Go KL. Gak sampai 30 menit, tibalah #JalanHeru di halte bus Chatuchak.
Hmm, dikarenakan Chatuchak Market hanya buka saat weekend, lanjutlah kaki ini melangkah ke stasiun BTS Mochit ke stasiun Siam, tarif yang dikenakan sebesar 44 bath.
“Bangkok, bagiku bukan sekadar kota sungai dengan seribu candi. Tapi lebih dari itu, banyak kenangan indah yang terselip dari kota yang memilki nama asli terpanjang di dunia ini yakni Krung Thep Mahanakhon Amon Rattanakosin Mahinthara Yuthaya Mahadilok Phop Noppharat Ratchathani Burirom Udomratchaniwet Mahasathan Amon Piman Awatan Sathit Sakkathattiya Witsanukam Prasit. Banyak film dan drama Thailand dengan latar kota Bangkok telah aku tamatkan. FYI, tahun 2015 lalu #JalanHeru telah menjejakkan kakinya di sini dan tahun 2019 aku kembali. Masya Allah.”
Tiba di stasiun BTS Siam, kami berdua menuju jembatan penyeberangan orang berbentuk lingkaran, banyak tempat duduk dengan atap berbetuk jamur yang membuat teduh. JPO lingkaran ini menghubungkan beberapa mall dan juga stasiun BTS. Oh iya, jangan lupa untuk berfoto dengan latar lintasan rel BTS bertuliskan Bangkok City of Life.
Habis itu, kami naik lantai paling atas Siam Discovery Center dan foto bersama patung lilin artis barat, lupa namanya, di depan museum Madame Tussands Bangkok. Di sini #JalanHeru gak masuk karena tahun 2015 sudah masuk. Usai shopping window alias cuci mata alias gak beli apa-apa, kaki ini lanjut melangkah ke MBK Center Bangkok.
Di MBK Mall, aku beli oleh-oleh berupa miniatur candi untuk pajangan (100 bath) dan celana panjang bermotif gajah (100 bath). Pintar-pintarlah menawar karena penjual di sini baik semua, ada beberapa yang bisa bahasa melayu.
Perut mulai lapar dan tempat makan pun jadi destinasi berikutnya. Food Legend by MBK di lantai empat, ada kedai yang menjual makanan halal khas Thailand. Aku pesan Tom Yum Fried Rice with Prawn (89 bath) dan Coconut Milk Tea with Grass Jelly (50 bath) sedangkan Tri pesan Tom Yum Goong with Coconut Milk (119 bath) dan Matcha Milk Green Tea with Pearl (45 bath).
Alhamdulillah, bisa coba Tom Yum dan minum Thai Tea di Thailand langsung. Rasa makanan dan minumannya enak banget dan dipastikan membuat perut kami kenyang. Very recomended! Sekali lagi, alhamdulillah.
Mushola ada di lantai 4 mall dan di sini, kami diajak ngobrol dengan orang Bangkok asli yang ternyata pernah kuliah di Jakarta. Panjang lebar cerita ujung-ujungnya si paman nawari untuk bisnis liburan. Membujuk agar aku dapat menawari orang Indonesia kalau liburan ke sini pakai jasa dia. Dengan sopan, aku dan Tri menolak permintaannya. Lalu beliau izin pamit.
Destinasi berikutnya adalah Wat Pho. Untuk menuju ke sana ada dua opsi yakni naik Grab Bike atau Tuk-tuk. Sembari keluar mall, aku dan Tri masih diskusi kendaraan apa yang akan kami gunakan untuk menuju sana. Di depan Mall ada driver tuk-tuk yang memanggil, aku dekati dan bilang mau ke Wat Pho dengan biaya 100 bath. Driver itu ok-ok saja dan kami segera naik. Drama pun segera dimulai, driver tuk-tuk yang kami tumpangi ternyata tidak langsung pergi ke tujuan melainkan bertemu dengan driver tuk-tuk lainnya. Aku pikir itu teman se-geng-nya.
Bunyi sirine mobil polisi mengudara, semua driver tuk-tuk di pinggir jalan seberang MBK Mall menarik kopling gas entah ke mana dan kami di bawa ke jalan yang sepi oleh 2 driver tuk-tuk tadi. Temannya ngomong kalo ke Wat Pho dari sini biayanya 400 bath sedangkan kalo 100 bath hanya diantar sampai Sentral Pier, lalu naik boat lagi ke Wat Pho. Aku yang mencium gelagat mencurigakan kalo ini berbau scam masih bertahan dengan harga 100 bath, langsung antar ke Wat Pho, kalo gak yah gak jadi. Driver tersebut masih ngotot dan ngoceh dengan suara keras sambil nujuki peta objek wisata Bangkok di tangannya. Aku masih ngotot juga dengan pendirianku kalo ke Wat Pho cuma 100 bath kalo gak yah kami turun. Jangan harap Wong Palembang biso kau kadali. Suasana jalanan di sekitar masih sepi, ku lirik lengan driver tersebut berkhiaskan motif tato.
Serem banget dah. HP aku masukan ke tas kecil dan ngodein Tri agar melakukan hal serupa. Dengan bahasa Palembang berkhaskan nada tinggi membentak, aku maracau gak karuan dan bilang gak jadi naik tuk-tuk mereka. Dengan buru-buru, kami langsung turun dan ngobrol pakai bahasa Palembang kuat-kuat nan emosi sambil jalan cepat mejauhi mereka. Astagfirullah! Ada-ada saja cobaan.
Kami berhenti jalan cepat di sebuah halte bus dan segera pesan Grab Bike untuk menuju Wat Pho. Driver pesanan Tri datang sedangkan driver pesanan aku, owalah, ternyata dia masih bingung di mana lokasi aku berada dan drama terjadi lagi. Bersambung …
Kalau gak ada (sedikit) drama dengan warga lokal itu gak seru. Cuma pas kejadian emang bikin cemas hwhwhw
SukaDisukai oleh 1 orang
Asli, cemas nian, Kak. Kalo sedikit drama no problem, kalo banyak drama wassalam 😂
SukaDisukai oleh 1 orang
Nah nah …ratjun ini ….
Thailaaannd 😍😍😍
SukaDisukai oleh 1 orang
Rajtun yang buat candu dan nagih 😅
SukaDisukai oleh 1 orang
ado nian ye manfaat pake baso palembang neh ahhaha..
SukaSuka
Jela nian, Kak. Untuk nyegak2 biar wong luar dak berani dg wong Palembang 🤣
SukaSuka