Aku Hanya Seorang Hamba

Yang berhasil saya catat pada kajian islam ilmiah bersama Ustadz Bambang Prasetyo BA, M.Pdi di Masjid Besar Al Ra’iyah Komp DPRD Sumsel Depan Palembang Icon (Jumat Malam, 16 Februari 2024) adalah sebagai berikut:

Judul: “Aku Hanya Seorang Hamba”

Assalamualaikum, Wr. Wb

Dari Anas Radhiyallahu anhu ia berkata, “Ada tiga orang mendatangi rumah istri-istri Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk bertanya tentang ibadah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu setelah mereka diberitahukan (tentang ibadah Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ), mereka menganggap ibadah Beliau itu sedikit sekali. Mereka berkata, “Kita ini tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ! Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diberikan ampunan atas semua dosa-dosanya baik yang telah lewat maupun yang akan datang.”

Salah seorang dari mereka mengatakan, “Adapun saya, maka saya akan shalat malam selama-lamanya.” Lalu orang yang lainnya menimpali, “Adapun saya, maka sungguh saya akan puasa terus menerus tanpa berbuka.” Kemudian yang lainnya lagi berkata, “Sedangkan saya akan menjauhi wanita, saya tidak akan menikah selamanya.”

Kemudian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mendatangi mereka, seraya bersabda, “Benarkah kalian yang telah berkata begini dan begitu? Demi Allah! Sesungguhnya aku adalah orang yang paling takut kepada Allah dan paling taqwa kepada-Nya di antara kalian. Akan tetapi aku berpuasa dan aku juga berbuka (tidak puasa), aku shalat (malam) dan aku juga tidur, dan aku juga menikahi wanita. Maka, barangsiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka ia tidak termasuk golonganku.”

Faidah dari hadist ini adalah:

1. Bahwasanya tidak mutlak suara perempuan itu aurat.

2. Yang menjadi fitnah tersebut adalah jika seorang perempuan dilembut-lembutkan di depan laki-laki (ikhwan)

“… Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu …”(QS. Al Hujurat: 13)

Hakikat peribadatan, hakikat penghambaan adalah Allah memuliakan manusia lebih dari makhluk lainnya karena manusia adalah Hamba Allah.

“Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.” (QS. Al-Isra’: 70)

Karena tingginya kedudukan manusia, hingga malaikat mendoakan ampunan untuk manusia,

“… dan malaikat-malaikat bertasbih serta memuji Tuhan-nya dan memohonkan ampun bagi orang-orang yang ada di bumi. Ingatlah, bahwa sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Penyayang.” (QS. Asy-Syura: 5)

“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (seraya mengucapkan): “Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu, maka berilah ampunan kepada orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalan Engkau dan peliharalah mereka dari siksaan neraka yang menyala-nyala,

Ya Tuhan kami, dan masukkanlah mereka ke dalam surga ‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di antara bapak-bapak mereka, dan isteri-isteri mereka, dan keturunan mereka semua. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,

Dan peliharalah mereka dari (balasan) kejahatan. Dan orang-orang yang Engkau pelihara dari (pembalasan) kejahatan pada hari itu maka sesungguhnya telah Engkau anugerahkan rahmat kepadanya dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. Al-Mu’min: 7-9)

Karena surga Allah jadikan bagi hamba-hamba Allah sebagai kampung yang kekal. Yang mana hamba-hamba Allah ini, dia berada di kampung akhirat tanpa merasa keletihan, tanpa kepayahan, tanpa beban-beban yang harus dia pikul, menikmati saja.

“…. di dalamnya (surga) terdapat apa yang diingini oleh hati dan dipandang sedap oleh mata serta kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71)

Para jamaah dengan seksama mendengar ceramah Ustadz Bambang Prasetyo, BA, M.Pdi

Allah menjadikan surga ini terkait kesuksesan dalam ujian. Allah tetapkan ujian ini di atas permukaan bumi bagi seluruh manusia. Allah cinta kepada hamba-Nya dan kita adalah hamba Allah. Karena cinta-Nya, Allah menyuruh malaikat dan makhluk terdekatnya untuk minta ampun agar Allah adala alasan untuk memasukkan kita ke surga. Untuk mewujudkan hakikat hamba ini, makan ada ujian. Sehingga mutiara ujian adalah kita mampu diuji Allah untuk beribadah kepada Allah dengan baik, dengan perkara yang tidak nampak dan kita menegakkan hakikat peribadatan kepada Allah yakni “Tidak aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

“Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 21)

Allah ketika mencintai hamba, hamba seperti apa yang Allah cintai? Allah ketika mencintai para hambanya nabi dan rasul, Allah puji mereka, maka Allah sifati pujian mereka dengan sifat ubudiyah (hamba). Allah puji nabi dan rasul karena menghambakan dirinya kepada Allah.

“… dan ingatlah hamba Kami Daud yang mempunyai kekuatan; sesungguhnya dia amat taat (kepada Tuhan).” (QS. Shad: 17)

“Kami menganugerahkan kepada Daud (anak bernama) Sulaiman. Dia adalah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya dia sangat taat (kepada Allah). (QS. Shad: 30)

“Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Al-Isra: 1)

“Dan ingatlah hamba-hamba Kami: Ibrahim, Ishaq dan Ya’qub yang mempunyai perbuatan-perbuatan yang besar dan ilmu-ilmu yang tinggi. Sesungguhnya Kami telah mensucikan mereka dengan (menganugerahkan kepada mereka) akhlak yang tinggi yaitu selalu mengingatkan (manusia) kepada negeri akhirat. Dan sesungguhnya mereka pada sisi Kami benar-benar termasuk orang-orang pilihan yang paling baik.” (QS. Shad: 45-47)

Sehingga makhluk yang paling Allah cintai adalah makhluk yang paling banyak peribadatannya kepada Allah.

Hamba secara bahasa adalah lawan dari merdeka yakni budak. Orang merendahkan diri di hadapan Allah, maka kita adalah Hamba Allah. Contoh kasusnya: Ada orang yang karena kefanatikan dia tergantung terhadap orang yang dia pilih.

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba dirham, celakalah hamba khamisah dan khamilah (sejenis pakaian yang terbuat dari wool/sutera). Jjika diberi ia senang, tetapi jika tidak diberi ia marah” (HR. Bukhari).

Barang siapa yang dilapangan rezekinya adalah orang yang menyambung silaturahmi. Hati secara sifat, umumnya hati mencintai orang yang berbuat baik kepada-Nya. Hati akan merasa tentram terhadap orang yang akan melindunginya. Hati akan memihak kepada siapa yang akan membantunya.

Pertanyaan & jawaban:

1. Kenapa hati tidak condong kepada Allah? Karena manusia senang berdosa. Karena hati tidak menghamba kepada Allah.

2. Jika mau pergi makan siang di tempat kerja tapi azan maghrib? Pilih yang paling dicintai.

3. Apa hukum tradisi sungkeman sampai sujud ke kaki? Perbuatan itu salah sesungguhnya tempat-tempat sujud itu hanyalah milik Allah. Tapi tidak serta mereka tersesat.

4. Menikah suami yang berjanji tinggal bersama ibunya? Ketika menikah surga istri adalah suaminya sedangkan surga suami adalah ibunya.

5. Seorang kakak yang memutuskan tali silaturahmi ke keluarga besar karena ada hadist tidak masuk surga orang yang memutuskan tali silaturahmi? Hati bisa memaafkan tapi lukanya tetap membekas.

*Semoga bermanfaat. Barakallah 😇

Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Tinggalkan komentar